This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Jumat, 27 Desember 2013

Desember Rain

Kau akan merindukan hujan jika dia tak lagi berdendang ria diluar sana, menghalangimu pergi atau sekedar melihat barisan tetes air yang turun dari langit dan kau akan merindukan panas jika terik tak membersamaimu di hari cerahmu, itu karena jarak dan
waktu yang membuatnya bernama
rindu.
_ias_27/12/13
# desemberrain

Rabu, 25 Desember 2013

Foto Panoramik

Selasa, 24 Desember 2013

Teknik Radiografi Dental

Teknik Radiografi gigi terdiri dari 2 yaitu:
A. Intra Oral Radiography
1)      Periapikal Radiography
a)      Bisecting Angle Technique
Misalnya : gigi impaksi dapat dilihat lebih ke mesial atau ke apical.
Tekniknya:
1.      Film diletakkan pada bagian lingual atau palatinal dari gigi yang akan difoto
2.      Salah satu ujung film menyentuh bagian incisal dari gigi dan membentuk sudut dengan long axis gigi
3.      X-ray tube/ sinar central tegak lurus dengan garis (khayal) yang membagi dua sudut yang dibentuk antara long axis gigi dengan film

4.      Hasilnya tampak gigi-gigi RA atau RB maksimal 4 gigi untuk gigi anterior dan 3 gigi untuk gigi posterior

b)      Paralelling Technique
1.      Film diletakkan pada bagian palatinal atau lingual gigi yang akan difoto
2.      Film diletakkan sejajar dengan long axis gigi dengan memakai ‘Film Holder’
3.      Sinar sentral diarahkan tegak lurus terhadap axis gigi dan film
4.      Teknik ini menghasilkan gambar yang lebih baik daripada teknik bisecting angle.
2)      Bitewing Radiography
Sering disebut “Proximal Radiografi”
Tekniknya:
1.      Film diletakkan dengan pegangan khusus dan pasien diatur sedimikian rupa (posisi dataran oklusal dengan lantai)
2.      Film diletakkan pada bagian lingual dan palatinal pada gigi yang akan difoto
3.      Penderita diinstruksikan untuk menggigit ringan pegangan sayap-sayap film
4.      Sinar sentral diarahkan tegak lurus terhadap film
5.      Hasilnya akan nampak gigi RA dan RB dalam keadaan hampir oklusi (mahkota kelihatan seluruhnya dan bagian akar hanya kelihatan sebagian)

3)      Occlusal Radiography
a)      Maxillary Occlusal Radiography
-    Standar Maxillary Occlusal Radiography
1.      Film diletakkan diantara gigi RA dan RB mulai dari gigi anterior ke gigi posterior.
2.       Pasien diinstruksikan untuk menggigit ringan film.
3.      Tube sinar x diletakkan di tengah-tengah hidung dengan arah sinar sentral membentuk sudut 65 o -70o dengan film.
4.       Hasilnya terlihat gigi anterior dan palatum durum, untuk gigi posterior yang nampak hanya mahkotanya.
5.      Tekniknya dilakukan demikian untuk menghindari tumpukan gambar dari tulang frontal. Sedangkan titik masuk sinar pada bagian tengah hidung berguna untuk melihat gigi posterior dan adanya kelainan pada palatum. Gigi impaksi dapat dilihat lebih ke bukal atau palatal.
-    Oblique Posterior Occlusal Radiography
1.      Film diletakkan antara gigi RA dan RB mulai dari gigi anterior ke gigi posterior
2.      Pasien diinstruksikan untuk menggigit ringan film (untuk menahan film)
3.      Tube sinar X diletakkan pada daerah gigi yang akan difoto
4.      Arah sinar sentral membentuk sudut 60o  terhadap film
5.      Hasilnya terlihat gigi posterior (mahkota akar) dan palatum, untuk gigi anterior yang tampak jelas hanya insisalnya
6.      Teknik ini digunakan untuk memperlihatkan struktur dan beberapa keadaan patologis yang berasal dari daerah maxilla, akar gigi molar (akar palatinal), akar yang terletak dalam gingival
-    Vertex Occlusal Radiography
1.      Film diletakkan antara gigi RA dan RB
2.      Pasien diinstruksikan menggigit film
3.      Tube diletakkan pada atap tengkorak pada bagian depan
4.      Arah sinar sentral sejajar dengan sumbu/ as panjang gigi incisivus anterior
5.   Teknik ini digunakan untuk menentukan letak gigi impaksi pada hubungan buccopalatinal dalam lengkung gigi.
b)      Mandibular Occlusal Radiography
-          Anterior Occlusal mandibula radiography
1.      Film diletakkan antara gigi RAdan RB
2.      Tube sinar X diletakkan pada sympisis menghadap ke atas dimana sinar sentral membentuk sudut 60o terhadap film
3.      Hasilnya terlihat gigi anterior (mahkota-akar) dan gigi posterior tampak hanya mahkotanya
4.      Teknik ini untuk melihat gigi region anterior, untuk anak kecil yang tidak kooperatif bila dilakukan periapikal foto atau kasus dimana lengkung rahang sangat sempit.
-          True Occlusal Mandibula Radiography
1.      Kepala pasien diatur dalam keadaan mendongak dengan posisi “ala tragus line” hampir tegak lurus dengan lantai.
2.      Tube diletakkan di midline dasar mulut dengan arah sinar menghadap ke mandibula
3.      Hasilnya dapat melihat benda asing di dasar mulut dan batu yang menyumbat saliran keluar saliva, terlihat juga gigi anterior (mahkota-akar), gigi posterior kelihatan hanya mahkotanya
 B.  Ekstra Oral Radiografi
1)         Panoramic
·         Merupakan pesawat dental x-ray yang dapat sekaligus membuat foto dari ke seluruh gigi (RA/RB)
·         Pesawat panoramic ini biasanya dikombinasikan dengan cephalometrik
·         Alat ini membuat seluruh gambar gigi pasien dengan teknik tabung bergerak bersama film sewaktu dilakukan expose, tetapi ada pula hanya filmnya bergerak sedangkan tabungnya tetap di tempat. Alat ini digerakkan oleh motor penggerak selam expose berlangsung
·         Film panoramic (15 cm x 30 cm) dikemas dalam suatu kantong khusus
·         Pesawat panoramic berkapasitas antara lain : 8 mA, 12 mA, 15 mA dengan tegangan 40-100 kv dan waktu expose 15-20 detik
2)         Cephalometri
·      Merupakan alat bantu khusus digunakan pada pemeriksaan orthodonti
·      Radiografi alat ini dipasang pada dinding kamar periksa dan ada yang sudah terpasang pada alat secara keseluruhan tidak dipasng di dinding
·      Mempunyai alat fiksasi kepala pasien maupun kaset
·      Alat ini dirancang sedimikian rupa sehingga hubungan kepala pasien dan kaset secara tepat dapat diperoleh, berfungsi untuk fiksasi antero-posterior maupun posisi lateral terhadap kaset
·      Kepala pasien difiksasi pada kedua daerah telinga
·      Posisi hidung yang menunjukkan posisi kepala pasien yang tepat terhadap kaset tergantung di belakang kepala pasien
·      Demikian pemeriksaan/ pembuatan foto radiografi dapat dilakukan tanpa objek bergerak padawaktu expose dilakukan
Alat X-ray yang digunakan untuk pembuatan foto radiografi ini berkapasitas 150 mA dan 125 kv
Sumber:
1.   White SC, Pharoah MJ. Oral radiology: Principles and interpretation. Fifth Edition. St Louis: Mosby;2004.
2.     Paler FA. Color atlas of dental medicine: Radiology. Thieme

Poster Penyuluhan Kesehatan Gigi dan Mulut

Pembuatan poster penyuluhan kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu program kerja saya saat KKN Profesi Kesehatan Angkatan 44 dengan sasaran murid sekolah dasar Posko Manongkoki, Kecamatan Polombangkeng Utara, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan.

Rabu, 18 Desember 2013

Instrument dalam Lab Mikrobiologi

A. Mikroskop Cahaya (Brightfield Microscope)
Salah satu alat untuk melihat sel mikroorganisme adalah mikroskop cahaya. Dengan mikroskop kita dapat mengamati sel bakteri yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Pada umumnya mata tidak mampu membedakan benda dengan diameter lebih kecil dari 0,1 mm. berikut merupakan uraian tentang cara penggunaan bagian-bagiandan spesifikasi mikroskop cahaya merk Olympus CH20 yang dimiliki Laboratorium Mikrobiologi.

Bagian-bagian Mikroskop:
1. Eyepiece / oculars (lensa okuler)
Untuk memperbesar bayangan yang dibentuk lensa objektif
2. Revolving nosepiece (pemutar lensa objektif)
Untuk memutar objektif sehingga mengubah perbesaran
3. Observation tube (tabung pengamatan / tabung okuler)
4. Stage (meja benda)
Spesimen diletakkan di sini
5. Condenser (condenser)
Untuk mengumpulkan cahaya supaya tertuju ke lensa objektif
6. Objective lense (lensa objektif)
Memperbesar spesimen
7. Brightness adjustment knob (pengatur kekuatan lampu)
Untuk memperbesar dan memperkecil cahaya lampu
8. Main switch (tombol on-off)
9. Diopter adjustmet ring (cincin pengatur diopter)
Untuk menyamakan focus antara mata kanan dan kiri
10. Interpupillar distance adjustment knob (pengatur jarak interpupillar)
11. Specimen holder (penjepit spesimen)
12. Illuminator (sumber cahaya)
13. Vertical feed knob (sekrup pengatur vertikal)
Untuk menaikkan atau menurunkan object glass
14. Horizontal feed knob (sekrup pengatur horizontal)
Untuk menggeser ke kanan / kiri objek glas
15. Coarse focus knob (sekrup fokus kasar)
Menaik turunkan meja benda (untuk mencari fokus) secara kasar dan cepat
16. Fine focus knob (sekrup fokus halus)
Menaik turunkan meja benda secara halus dan lambat
17. Observation tube securing knob (sekrup pengencang tabung okuler)
18. Condenser adjustment knob (sekrup pengatur kondenser)

B. Autoclaf


Diagram autoklaf vertical
1. Tombol pengatur waktu mundur (timer)
2. Katup pengeluaran uap
3. pengukur tekanan
4. kelep pengaman
5. Tombol on-off
6. Termometer
7. Lempeng sumber panas
8. Aquades (dH2O)
9. Sekrup pengaman
10. batas penambahan air
Autoclave adalah alat untuk mensterilkan berbagai macam alat dan bahan yang digunakan dalam mikrobiologi menggunakan uap air panas bertekanan. Tekanan yang digunakan pada umumnya 15 Psi atau sekitar 2 atm dan dengan suhu 121oC (250oF). Jadi tekanan yang bekerja ke seluruh permukaan benda adalah 15 pon tiap inchi2 (15 Psi = 15 pounds per square inch). Lama sterilisasi yang dilakukan biasanya 15 menit untuk 121oC.
Cara Penggunaan :
1. Sebelum melakukan sterilisasi cek dahulu banyaknya air dalam autoklaf. Jika air kurang dari batas yang ditentukan, maka dapat ditambah air sampai batas tersebut. Gunakan air hasil destilasi, untuk menghindari terbentuknya kerak dan karat.
2. Masukkan peralatan dan bahan. Jika mensterilisasi botol beretutup ulir, maka tutup harus dikendorkan.
3. Tutup autoklaf dengan rapat lalu kencangkan baut pengaman agar tidak ada uap yang keluar dari bibir autoklaf. Klep pengaman jangan dikencangkan terlebih dahulu.
4. Nyalakan autoklaf, diatur timer dengan waktu minimal 15 menit pada suhu 121oC.
5. Tunggu samapai air mendidih sehingga uapnya memenuhi kompartemen autoklaf dan terdesak keluar dari klep pengaman. Kemudian klep pengaman ditutup (dikencangkan) dan tunggu sampai selesai. Penghitungan waktu 15’ dimulai sejak tekanan mencapai 2 atm.
6. Jika alarm tanda selesai berbunyi, maka tunggu tekanan dalam kompartemen turun hingga sama dengan tekanan udara di lingkungan (jarum pada preisure gauge menunjuk ke angka nol). Kemudian klep-klep pengaman dibuka dan keluarkan isi autoklaf dengan hati-hati.

C. INKUBATOR
Inkubator adalah alat untuk menginkubasi atau memeram mikroba pada suhu yang terkontrol. Alat ini dilengkapi dengan pengatur suhu dan pengatur waktu. Kisaran suhu untuk inkubator produksi Heraeus B5042 misalnya adalah 10-70oC.
Alat ini berfungsi sebagai meremajakan mikroba atau bakteri yang dilakukan pada
suhu 35 ± 37o C selama 1 x 24 jam pada jamur.


D. COLONY COUNTER








E. Biological Safety Cabinet


Biological Safety Cabinet (BSC) atau dapat juga disebut Laminar Air Flow (LAF) adalah alat yang berguna untuk bekerja secara aseptis karena BSC mempunyai pola pengaturan dan penyaring aliran udara sehingga menjadi steril dan aplikasisinar UV beberapa jam sebelum digunakan. Prosedur penggunaan BSC seri 36212, Purifier™ Biological Safety Cabinet dari LABCONCO yang dimiliki laboratorium mikrobiologi adalah sebagai berikut:
1. Hidupkan lampu UV selama 2 jam, selanjutnya matikan segera sebelum mulai bekerja
2. Pastikan kaca penutup terkunci dan pada posisi terendah
3. Nyalakan lampu neon dan blower
4. Biarkan selama 5 menit
5. Cuci tangan dan lengan dengan sabun gemisidal / alkohol 70 %
6. Usap permukaan interior BSC dengan alkohol 70 % atau desinfektan yang cocok dan biarkan menguap
7. masukkan alat dan bahan yang akan dikerjakan, jangan terlalu penuh (overload) karena memperbesar resiko kontaminan
8. Atur alat dan bahan yang telah dimasukan ke BSC sedemikian rupa sehingga efektif dalam bekerja dan tercipta areal yang benar-benar steril
9. Jangan menggunakan pembakar Bunsen dengan bahan bakar alkohol tapi gunakan yang berbahan bakar gas.
10. Kerja secara aseptis dan jangan sampai pola aliran udara terganggu oleh aktivitas kerja
11. setelah selesai bekerja, biarkan 2-3 menit supaya kontaminan tidak keluar dari BSC
12. Usap permukaan interior BSC dengan alkohol 70 % dan biarkan menguap lalu tangan dibasuh dengan desinfektan
13. Matikan lampu neon dan blower

Snus (Nass) dan Kanker Rongga Mulut : Laporan Seri Kasus

Laporan Kasus

Snus (Nass) dan Kanker Rongga Mulut : Laporan Seri Kasus

Maryam Alsadat Hashemipour,  Farzad Gholampour, Fatemeh Fatah, Samaneh Bazregari


ABSTRAK
Snus (nass) adalah sejenis tembakau sedotan yang penggunaannya mirip dengan tembakau celup Amerika, tetapi biasanya tidak mengakibatkan kebutuhan untuk meludah. Bahaya yang mungkin diakibatkan oleh bahan ini meliputi lesi ganas dan pra-ganas di rongga mulut dan saluran pencernaan. Penggunaan tembakau tanpa asap telah meningkat di Timur Tengah dalam beberapa dekade terakhir, khususnya di kalangan remaja dan dewasa muda. Oleh karena itu, praktisi harus mampu mengenali lesi ganas dan pra-ganas. Meskipun, diperkirakan 10-25% dari populasi dunia menggunakan tembakau tanpa asap, praktik ini hampir tidak dikenal di Iran. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melaporkan serangkaian kasus karsinoma sel skuamosa dan karsinoma verukosa pada pengguna snus, yang dirujuk ke Departemen Oral Medicine di Kerman Dental School.
Kata kunci: Kanker rongga mulut, tembakau tanpa asap, snus, karsinoma sel skuamosa, karsinoma verukosa



PENDAHULUAN
Penggunaan tembakau merupakan salah satu faktor utama yang dapat menyebabkan kanker rongga mulut dan faring. [ 1 ] Ada banyak jenis produk tembakau tanpa asap seperti dikunyah, , dicelup, snus atau nass, yang digunakan dengan menempatkan dan mengunyah sejumlah kecil zat antara pipi dan gusi atau gigi. [ 2 ]
Di Eropa dan Amerika Utara, tembakau yang dkunyah dan tembakau sedotan adalah dua produk utama. Di Daerah ini, terdapat tembakau kering dan basah, tembakau basah biasanya digunakan di Skandinavia dan Amerika Serikat. Pada umumnya tembakau basah  ditempatkan di bawah bibir atas, bibir bawah atau disimpan di daerah gingiva bagian bukal, tetapi tembakau kering ditempatkan di rongga mulut atau diberikan melalui hidung. Sebagian besar pengguna tembakau dengan cara mengunyah dapat mengkonsumsi selama beberapa jam dalam sehari. [ 2 ]
Snus (disebut "nass" di Iran, Afghanistan dan Pakistan) atau tembakau Swedia digunakan dengan cara menempatkannya di bawah bibir untuk waktu yang lama. Ini adalah produk tembakau bubuk basah yang dihasilkan dari varian tembakau kering di awal abad kesembilan belas di Swedia. Bahan ini merupakan campuran dari Praha pan, biji-bijian kasar dan pohon merah bersama dengan daun tembakau, kapur, abu rempah-rempah, sakarin dan berbagai minyak. [ 3, 4 ]
Selama beberapa dekade terakhir, penggunaan tembakau tanpa asap telah meningkat di Timur Tengah, khususnya di kalangan remaja dan dewasa muda. [ 3 ] Prevalensi tembakau tanpa asap dikaitkan dengan usia mencerminkan perubahan besar selama beberapa dekade dalam penggunaan tembakau tanpa asap. Pada tahun 1970, 2,2% orang dewasa laki-laki kulit putih berusia 18 hingga 24 tahun mengunyah tembakau atau tembakau sedotan. Prevalensinya lebih tinggi pada usia yang lebih tua berturut-turut, memuncak pada 11,8% antara orang kulit putih 65 tahun atau lebih. Pada tahun 1991, tren usia terbalik, dengan 10,4% dari 18-24 tahun menggunakan produk ini dan orang tua lebih sedikit menggunakannya: 7,9% dari 25-34 tahun, 5,4% dari 35-44 tahun, 3,8 % dari 45-64 tahun, dan 5,5% dari individu usia 65 tahun dan lebih tua. [ 5 ]
Hubungan antara penggunaan tembakau tanpa asap dan kanker tercatat pada awal 1761, ketika seorang dokter Inggris yang menjelaskan tentang hidung "polyposes", kemungkinan terjadi kanker hidung pada beberapa pasiennya, yang dihubungkan dengan penggunaan tembakau melalui hidung. [ 6 ] Kanker sering terjadi tepat di mana tembakau secara rutin ditempatkan di bagian bawah mulut dan mukosa bukal atau gusi. [ 7 ]
Oleh sebab itu, Penulis melaporkan serangkaian kasus karsinoma sel skuamosa dan karsinoma verukosa terjadi pada pengguna snus, yang dirujuk ke Departemen Oral Medicine di Kerman Dental School.

LAPORAN KASUS
Kasus 1

Seorang wanita Iran 78 tahun dirujuk ke Departemen Oral Medicine, Kerman Dental School, oleh dokter giginya untuk mengevaluasi lesi eksofitik pada mukosa bukal kanan,yang telah terlihat sejak 2 bulan lalu. Ukuran lesi semakin membesar. Pasien tidak memiliki penyakit sistemik. Selain itu, pasien memiliki kebiasaan snus selama 15 tahun terakhir di vestibulum mandibula kanan tapi tidak mengkonsumsi alkohol. 
Pada pemeriksaan, terdapat sebuah lesi eksofitik dengan tepi indurasi, berukuran 8 cm x 4 cm, pada mukosa bukal kanan. Permukaan lesi verukosa dengan warna putih dan tidak ada hubunganyya dengan limfadenopati [ Gambar 1 ].
Diagnosis karsinoma verukosa dengan diagnosis banding dari karsinoma sel skuamosa. Di bawah anestesi lokal, enukleasi lesi sederhana  dilakukan.Pemeriksaan histologi dari jaringan yang dipotong menunjukkan gambaran dari karsinoma verukosa diferensiasi buruk. Mengingat diagnosis karsinoma verukosa, penyelidikan lebih lanjut termasuk radiografi dada dan hematologi dan tes darah biokimia menghasilkan hasil negatif. Operasi, kemoterapi dan radioterapi yang dipertimbangkan untuk pasien. Selanjutnya, pemeriksaan histologi dari spesimen utama mengkonfirmasikan adanya karsinoma verukosa dengan parakeratin dan rete ridges lebar dan memanjang yang muncul untuk mendorong ke dalam jaringan ikat yang mendasari [ Gambar 2 ]. Setahun kemudian, pasien meninggal meskipun lesi telah disembuhkan dan respon yang relatif baik terhadap pengobatan.

Kasus 2
Seorang wanita 53 tahun rutin melakukan pemeriksaaan di dokter gigi, dia mengeluh sakit di daerah sisi kanan dari mukosa bukal, timbul sejak 4 minggu yang lalu. Pasien menderita hipertensi selama 10 tahun terakhir dan telah kecanduan opium 15 tahun yang lalu.  Pasien memiliki kebiasaan snus sejak 5 tahun yang lalu, sering memakai snus di daerah vestibulum mandibula kanan tanpa konsumsi alkohol. Dokter mendiagnosanya sebagai leukoplakia dan pasien dirujuk ke dental school untuk dilakukan biopsi. Dalam pemeriksaan intraoral, sebuah verukosa putih berdiameter 5 cm meluas dari mukosa bukal kanan ke ridge alveolar, lunak jika di palpasi. Tepi lesi eritematous dan atrofi yang tampak sebagai indurasi [ Gambar 3 ].
Lesi dibiopsi dan pemeriksaan histologis jaringan lunak menunjukkan tanda dari karsinoma sel skuamosa awal dengan beberapa degenerasi sel, keratin pearl, nests dan cords dari sel epitel ganas dengan sitoplasma lebar, bulat atau oval inti, dengan nukleolus menonjol dan bermitosis [ Gambar 4].
Gambar 4 Awal karsinoma sel skuamosa dengan beberapa degenerasi sel, keratin pearl, nest dan cords dari sel epitel ganas dengan sitopla ma lebar, bulat atau oval berinti, dengan nukleolus menonjol dan bermitosis.
Pasien menjalani eksisi lesi total dan mengembalikan jaringan dengan menggunakan skin graft. Setelah 3 tahun dilakukan follow up, pasien sudah bebas dari penyakitnya.

Kasus 3
Seorang wanita 35 tahun dirujuk segera setelah dilakukan pemeriksaan oleh dokter gigi yang  mengeluh terdapat ulcer di lidahnya sekitar selama 2 bulan. Pasien mengeluh ulcer di sisi kanan dari lidahnya, yang sebelumnya telah asimtomatik, tetapi sudah mulai menyebabkan ketidaknyamanan karena ukuran ulcer semakin membesar. Ulkus ini mengganggu pasien ketika makan. Riwayat medis sebelumnya mengungkapkan bahwa pasien menderita hipertiroidisme. Jika tidak, riwayat medisnya jelas, dan pasien memiliki kebiasaan snus selama 3 tahun terakhir di sebelah kanan dari vestibulum mandibular lingual. Dari pemeriksaan intraoral, terdapat tanda berkawah seperti ulkus (batas tegas dan dasar menurun) pada batas lateral kanan lidah meluas ke permukaan dorsal lidah dengan diameter 6 cm, yang lunak dan indurasi [ Gambar 5].
Insisi biopsi telah dilakukan, menunjukkan karsinoma sel skuamosa yang buruk secara histopatologi. CT mengungkapkan dua nodul abnormal di daerah submandibular kanan, yang jarum-dibiopsi, karsinoma sel skuamosa metastasis terdeteksi. Setelah operasi dan radioterapi pasien hanya bertahan selama 5 bulan.

Kasus 4
Seorang perempuan 82 tahun, dari provinsi Zahedan, dirujuk oleh dokter giginya sehubungan dengan keluhan dari pertumbuhan pada alveolar kanan bawah pada daerah sebelah kiri sejak 3 bulan yang lalu. Pertumbuhan pada awalnya tersembunyi dan secara bertahap ukuran semakin membesar. Sejak minggu pertama, pertumbuhan dikaitkan dengan berdenyut dan sakit parah. Tidak ada riwayat medis yang relevan. Pasien merokok sampai 5 batang per hari selama 20 tahun terakhir dan memiliki kebiasaan memakai snus 4-5 kali sehari selama 20 tahun terakhir di vestibulum rahang bawah kiri.
Sebuah limfa nodus pada kelenjar submandibular sangat terasa di sisi kiri, berukuran 4 cm, yang lunak dan konsistensi terasa keras. Pada pemeriksaan intraoral, lesi ulcero-proliferasi tampak jelas pada daerah ridge mandibula kiri, berukuran sekitar 4 × 5 cm. Berbentuk tidak teratur bentuknya dengan berguling-out tepi meluas ke dasar mulut. Pusat lesi terdiri dari rawa keputihan-kuning. Lesi lembut pada palpasi dengan basis indurasi, di samping itu, ada tanda seperti kawah akibat adanya ulkus pada perbatasan vermilion kiri bibir [Gambar 6 dan 7 ].
Insisi biopsi telah dilakukan untuk menegakkan diagnosis secara histopatologi , tampak sel skuamosa karsinoma  yang buruk. Meskipun telah dilakukan operasi radikal dan radioterapi, pasien meninggal 5,5 bulan setelah operasi.


PEMBAHASAN
Penelitian ini menyajikan  4 kasus kanker mulut yang terjadi pada pengguna snus. Karsinoma rongga mulut pada pasien ini terjadi pada lokasi anatomi dimana bahan ini secara rutin ditempatkan.
Sebuah evaluasi terbaru oleh badan internasional untuk penelitian kanker (IARC) telah mengkonfirmasi bahwa tembakau tanpa asap juga bersifat karsinogenik. [ 8 , 9 ] Berdasarkan analisis tersebut, menunjukkan peningkatan dua kali lipat risiko kanker mulut pada pengguna tembakau tanpa asap di Amerika Serikat dan Kanada, peningkatan lima kali lipat risiko untuk India dan negara-negara Asia lainnya dan peningkatan risiko tujuh kali lipat di Sudan. Tidak ada peningkatan risiko untuk kanker mulut ditunjukkan dengan penggunaan tembakau tanpa asap di negara-negara Nordik. [ 10 ] Di Inggris dan Eropa (dengan pengecualian dari Swedia) penggunaan tembakau tanpa asap jarang kecuali pada kelompok etnis minoritas. [ 11 ] Di Amerika Serikat, hal itu tersebut menjadi masalah utama dengan 6% dari populasi orang dewasa laki-laki sebagai pengguna biasa. [ 12 ] Di beberapa daerah, khususnya negara-negara selatan, prevalensinya jauh lebih tinggi sampai sepertiga dari pria muda yang menggunakan tembakau tanpa asap. [ 13]
Penyebab utama dari insiden yang sangat tinggi pada kanker mulut di Asia Selatan adalah kebiasaan luas mengunyah sirih pound (atau paan) dan penggunaan pinang (pinang adalah benih dari buah kelapa oriental, pinang catechu). [ 14 ] Mengunyah sirih diperkirakan tanggal kembali ke setidaknya 2000 tahun dan di seluruh dunia diperkirakan 200-400 juta orang memiliki kebiasaan tersebut. [ 15 ] Komponen pound sirih bervariasi antara populasi yang berbeda tetapi bahan utama daun anggur , sirih, pinang, kapur (kalsium hidroksida) dan rempah-rempah. [ 16 ] Tembakau diperkenalkan ke Asia Selatan pada abad ketujuh belas. Pinang karsinogenik pada manusia dan risiko kanker mulut meningkat dengan mengunyah paan tanpa tembakau, meskipun risikonya lebih tinggi untuk paan yang mengandung tembakau. [ 17 , 18 , 19 , 20 ] Seperti dengan merokok tembakau, risiko tergantung pada dosis dan durasi penggunaan. Di antara komunitas Asia di Inggris, Bangladesh adalah yang paling mungkin untuk mempertahankan kebiasaan mengunyah sirih susur dengan 9% pria dan 16% wanita yang menggunakan tembakau tanpa asap. Yang paling umum digunakan untuk mengunyah sirih adalah tembakau sirih pound. [21]
Oleh karena itu, penggunaan tembakau tanpa asap terjadi di banyak budaya di seluruh dunia, sehingga kejadian kanker mulut di negara-negara tersebut juga banyak. Sebagai contoh, di India dan negara-negara Asia lainnya, tembakau tanpa asap dalam kombinasi dengan pinang, daun sirih, kapur, dan bahan lainnya sangat berkaitan  dengan risiko kanker mulut. Studi yang dilakukan hati di luar AS terus menunjukkan bahwa tembakau yang digunakan dalam berbagai bentuk memiliki risiko kanker mulut pada penggunanya. Tingkat risiko kanker mulut kemungkinan bergantung pada produk atau kombinasi dari produk yang digunakan. Oleh karena itu, risiko kanker mulut meningkat dengan peningkatan dosis produk. [ 4 ]
Snus (nash) atau tembakau Swedia, adalah produk bubuk tembakau lembab diambil dari varian tembakau kering di awal abad kesembilan belas di Swedia, itu dikonsumsi dengan menempatkannya di bawah bibir untuk waktu yang lama. Nass adalah campuran tembakau, abu, minyak kapas, dan kapur. [ 22] Di beberapa daerah di mana nass diambil secara lisan, seperti di Asia Tengah, prevalensi leukoplakia tinggi, dan kejadian kanker mulut relatif cukup tinggi untuk Negara jajahan republik-republik Soviet lainnya [. 23 ]
Tiga penelitian telah diidentifikasi yang telah berusaha untuk memahami mekanisme seluler yang terlibat dalam perubahan epitel tembakau yang diinduksi menggunakan jaringan mulut atau sel. [ 16, 24 , 25] Studi ini meneliti efek dari tembakau Swedia pada indikator proliferasi sel (misalnya, Ki- 67) dan penekan tumor dan penanda diferensiasi (misalnya, p53 tumor gen supresor). Studi ini menunjukkan overekspresi protein Ki-67 dan tumor suppressor protein p53 mutan pada sampel biopsi dari pengguna snus dan tidak ada ekspresi di biopsi kontrol.
Selain itu, dalam penilaian bukti epidemiologi pada karsinogenisitas tembakau tanpa asap, terdapat hal yang menarik untuk dipertimbangkan pada beberapa efek lokal di rongga mulut. Leukoplakia rongga mulut umum ditemukan pada pengguna tembakau dan kadang-kadang disebut sebagai snuff dipper’s lesion'. Ada kaitan yang erat antara paparan (durasi dan intensitas) dan prevalensi, serta keparahan lesi. Prevalensi micronuclei dan anomali nuklear lainnya meningkat pada mukosa mulut pada pengguna tembakau, dan gen supresor tumor p53 tampaknya menumpuk di leukoplakia oral pengguna tembakau. Sejumlah besar laporan kasus telah dijelaskan karsinoma oral pada pengguna tembakau tanpa asap, terjadi pada lokasi anatomi dimana tembakau secara rutin ditempatkan. [ 1 , 26 ]
Pada pertengahan 1980-an, disimpulkan dari sejumlah besar literatur , tembakau tanpa asap tembakau merupakan penyebab kanker mulut pada manusia. Evaluasi ini didasarkan pada laporan kasus dan studi epidemiologi pada manusia dan penelitian laboratorium menunjukkan bahwa senyawa N-nitrosamine yang hadir dalam kadar tinggi tanpa asap tembakau dan bahwa senyawa ini menghasilkan kanker pada hewan di laboratorium. Berdasarkan bukti dari statistik tembakau tanpa asap, sangat popoler di kalangan remaja dimulai pada akhir 1960-an dan awal 1970-an. Keprihatinan telah diungkapkan bahwa kecenderungan ini dapat menyebabkan epidemi kanker mulut di kalangan pria muda. [26 ]
Sebanyak 6 studi case control yang tersedia dari Swedia dan Amerika Serikat pada penggunaan tembakau mulut dan kanker mulut. [ 1 ] salah satu studi awal di Swedia menunjukkan peningkatan risiko kenker bukal dan gusi pada pengguna tembakau.Tiga dari studi AS menunjukkan bukti hubungan antara penggunaan tembakau dan kanker mulut. [ 1 ] Penelitian kohort pada penggunaan tembakau dan kanker mulut memberikan bukti meyakinkan, namun penafsiran yang seringkali sulit karena kekuatan statistik terbatas. 
Untuk karsinoma saluran pencernaan atas dan pankreas, peningkatan risiko telah dilaporkan, namun bukti tersebut tidak konklusif. Di India, Afghanistan dan Pakistan, penggunaan nass dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker mulut. Risiko relatif melebihi 10 dapat diamati pada pengguna biasa, menunjukkan bahwa sebagian besar dari kanker mulut yang disebabkan oleh paparan pada populasi di mana kebiasaan tersebar luas.
Selain itu, dua pasien memiliki faktor risiko lain yang serupa dengan konsumsi tembakau dan kecanduan opium, yang mungkin dapat menyebabkan kanker mulut. Meskipun, kanker pada pasien ini telah terjadi pada lokasi anatomi dimana bahan ini secara rutin ditempatkan, kanker mulut paling sering terjadi pada lidah dan dasar mulut.
KESIMPULAN
Bukti dari populasi manusia menunjukkan bahwa pengguna tembakau tanpa asap memiliki risiko kanker beberapa kali lebih tinggi dibandingkan tidak mengkonsumsi-nya. Tembakau tanpa asap sangat sangat berhubungan dengan kanker pipi dan gusi. Kanker pada tempat anatomi lainnya menunjukkan bahwa tembakau tanpa asap juga dapat terkait dengan kanker saluran pencernaan bagian atas lainnya.

Sumber :  Dental Research Journal / January 2013   /  Vol 10  /  Issue 1